Kubuka jendela kamar lalu kubiarkan angin malam menerpa wajahku. Hawa sejuk menyelinap dalam tubuhku yang kata kebanyakan orang sangat kurus. Padahal menurutku tidak kurus-kurus amat sih. Tapi ya...begitulah keadaannya.
Tiba-tiba Hpku bernyanyi, kubungkukan badan untuk meraihnya. Ternyata seorang teman lama menelepon.
“Assalmu'alaikum...” sapaku
“Wa'alaikumsalam...” jawab suara dari seberang
“Alhamdulillah....bagaimana kabar mb Ayu? Tumben nih ada acara telepon. Kangen ya...?” kataku menggoda.
“Iya dik...lama kita gak ngobrol. Alhamdulillah saya sehat-sehat saja. Anu dik, saya mau cuhat nih. Ganggu enggak ya?”
“Oohh... enggak kok mbak? Saya juga lagi nyantai. Ada apa mbak?”
“Begini, saya kok akhir-akhir ini merasa gak enak hati ya. Bawa'annya resah terus. Saya bingung mo ngapain. Saya buat sholat juga masih resah. Saya buat baca Al-Quran kok ya tetep aja. Rasanya kering gitu lho. Bagaimana ya saya seharusnya?”
“Sabar ya mbak.. resah itu sebenarnya sebagian dari panggilan Allah. Jika kita resah Itu berarti duduk hati kita di hadapan Allah masih kurang bener, Kurang pas. Jika boleh kita ambil contoh seperti orang lagi duduk sedangkan di tempat duduk kita terganjal sesuatu pasti kita tidak nyaman Ato kita duduknya miring-miring atau karena sempit tempatnya kita paksa pantat kita masuk, tentu rasanya enggak enak. Lalu kita akan coba mencari dan berusaha duduk yang pas dan enak. Tapi jika kita masih belum bisa membetulkan posisi duduk kita, kita pasti masih terus resah. Biasanya resah kita sering timbul dikarenakan kekecewaan kita dalam menghadapi kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan harapan.” Jawabku panjang lebar.
“Kamu benar dik.... saya memang merasa kecewa. Saya merasa sudah berbuat baik, sholat, puasa, dan sebagainya. Tapi kok saya juga masih seperti ini.” keluh suara dari seberang yang terasa berat dengan beban yang dibawanya.
“Mbak, Semakin kita banyak mempunyai harapan-harapan, maka peluang kita kecewa juga akan semakin banyak. Apalagi harapan itu kita sandarkan pada selain Allah. Saya tau, mbak Ayu dekat dengan pak Ustad. Pasti mbak juga pernah menyandarkan harapan pada beliau. Kita merasa beliau dekat dengan Allah dan kitapun berharap beliau bisa menyampaikan hajat kita. ”
“lho..kok kamu ngerti dik?”
“Lha iya, wong saya sendiri pernah ngalami hal itu. Akhirnya saya malah di buat kecewa. Yaitu, karena salah letak duduk hati kita. Salah tempat yang semestinya kita duduk di hadapan Allah, malah kita duduk di hadapan mahluk. Dan satu hal yang perlu kita ingat mbak, bahwa harapan atau kehendak kita itu walaupun baik belum tentu sama dengan kehendak Allah. Dan baik menurut kita pun belum tentu baik menurut Allah kan? Jika suatu saat satu atau beberapa kehendak kita itu menjadi kenyataan dalam hidup kita itu sebenarnya hanya kebetulan saja kehendak kita sama dengan kehendak Allah. Dan jika di buat satu bentuk menang kalahnya kehendak kita dengan kehendak Allah, tentu yang menang adalah kehendak Allah. Dan yang penting kita harus tau, bahwa setiap pemberian Allah pada hambaNya itu pasti yang terbaik. Kita saja yang sering tidak meyakini dan kurang bersabar. Sakit memang, enggak enak memang, tapi itulah tempat kita untuk belajar mengenali kemauan Allah atas kita.
Belajar bersyukur mbak... saya juga masih belajar untuk itu. Karena saya membaca dalam Al-Quran bahwa jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmatNya atas kita. Gak usa jauh-jauh kita dalam menggali rasa syukur. Kita mulai dari yang ringan saja jika kita menyadarinya kita pasti mampu mensyukurinya.” jelasku sambil menggeser pantat yang sudah mulai terasa panas.
“Dari hal-hal yang ringan bagaimana maksudnya dik?”
“Ya...misalnya dengan tubuh yang sehat saja kita mampu bersyukur kalau kita mengingat orang-orang yang sedang sakit. Dikala kita makan, kita akan mampu mensyukurinya jika kita ingat banyak orang-orang yang tidak bisa makan. Lha wong kita bisa bernafas yang gratis ini saja kita mestinya bersyukur sehingga kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki yang masih buruk-buruk pada diri kita. Bersyukur dari apa saja yang telah di berikan Allah pada kita. Apalagi seperti mbak Ayu ini, banyak lho karunia nikmat yang telah Allah berikan. Ayoo...masak gak mau mengakui. Jangan kufur lho mbak...” kataku yang langsung menohok dadanya.
“Iya dik ya... Tapi kan saya juga sudah beribadah dengan baik. Saya sholat, puasa dan ibadah yang lainnya sebagai wujud syukur saya ” suara yang gemetar itu melakukan pembelaan.
“Mbak Ayu.... Jika kita dalam beramal ibadah masih melihat diri kita dengan kemampuan kita, itu berarti ada takabur dalam diri kita dan tidak ikhlas. Hati-hati lho mbak... kita sering merasa sudah beribadah, dan sudah sepantasnya kita meminta balasan pahala pada Allah dengan hajat-hajat kita kan. Padahal kita lupa bahwa untuk bisa berbuat amal ibadah itupun sebenarnya karunia dari Allah juga. Coba kita lihat jika seseorang itu tidak mendapatkan hidayah dari Allah, tentunya tidak akan mampu melakukan ibadah. Jangan kan sholat, wong tersenyum sama orang lain saja kita akan merasa berat. Yang membuka dan menutup hati itu Allah mbak... karena itu bersyukur kita termasuk hamba-hamba yang di berikan kekuatan untuk beribadah. Banyak lho mbak orang muslim tapi gak sholat. Mengapa? Karena mereka tidak mendapatkan hidayah. Hatinya tertutup. Kasihan kan mbak. Dan banyak saya temukan di Al-Qur'an Allah berfirman bahwa Barang siapa yang dib eri petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Tuuhh...mbak, coba bayangkan kalau mbak Ayu dikehendaki Allah sesat. Ayoo bagaimana? Pasti ngeri kan.” Khotbaku meniru ulama-ulama kondang. Hening sejenak menyelimuti kami. Tidak ada suara dari seberang walau saya merasa telepon kami masih tersambung.
“ Hallo....mbak Ayu...kok diem? Jangan-jangan ketiduran nih. Hahahaha....” kelakarku memecahkan cermin kebekuan malam yang semakin larut. Kuarahkan pandanganku ke langit luas. Ternyata indah sekali malam ini. Bintang terlihat menari-nari dengan kerlipnya seakan memanggilku untuk turut merasakan indahnya keagungan ciptaan-Nya. Subhanallah.....
“Saya ini lagi mencoba mencerna dan memahami ulasanmu kok dik. Saya ini bener-bener pingin hati saya itu tenang.” sahut mbak Ayu.
“Yaa... Banyak dzikir aja mbak biar tenang, ”
“Sudah saya coba dik, tapi masih terasa kering. Atau cara dzikir saya yang salah ya..?”
“ Nah...ini yang seru...kita sering sudah merasa berdzikir tapi kok masih gak tenang. Padahal di Al-Qur'an menyebutkan Alaa bidzikrillahi tathmainnulqulub..Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram. Dzikir yang bagimana? Ini yang perlu kita bahas. Dari pelajaran-pelajaran yang saya dapat selama mengikuti pengajian ataupun membaca buku, saya mengambil satu kesimpulan untuk hal metode berdzikir ini. Pertama kita mesti tau bahwa nafas kita itu sangat berhubungan dekat dengan hati kita. Ternyata bernafas kita tanpa kita sadari telah menghubungkan antara otak dengan hati kita. Coba kita ingat. Mengapa kalau kita membaca Al-Qur'an kita dianjurkan membacanya dengan satu kali nafas. Jika berhenti di tengah kita harus mengulanginya. Ternyata pada saat itu kita sedang memasukan ayat-ayat yang kita baca itu ke dalam hati kita.Dan nafas yang lembutlah yang bisa membawa pesan-pesan yang kita bawa ke dalam hati kita. Nafas seperti orang tidur itu lho mbak.. Coba mbak Ayu rasakan. Nafas dengan pelan, halus dan rasakan saat menghembuskannya dengan dalam. Nah...saat itulah kita mesti memberi muatan-muatan yang positif untuk kita tanam dalam hati kita. Ini cara Dzikir yang menurut saya benar lho mbak. Jadi sampai masuk ke dalam hati. Mbak Ayu coba deh...gak usah kalimat panjang-panjang biar gak ribet. Coba begini mbak.. saat kita tarik nafas kita iringi dengan kata Huu...lalu saat menghembuskannya kita iringi dengan Allaah... pelaaan...dan rasakan dalam dada. InsyaAllah nanti bisa merasakan sensasi ketenangan dengan pola nafas kita. Dan hati kita yang letaknya di dada sebelah kiri akan terasa bergetar lembut. Wahh... nanti pasti hanya dengan nafas saja kita sudah bisa merasakan nikmat karunia-Nya mbak. Latihan mbak...di ulang-ulang sampai bisa. Bisa kan karena biasa. Hehehe. Jangan lupa iringi dengan doa mohon semoga diberi kekuatan oleh Allah.” paparku panjang lebar.
“Gitu ya... baiklah akan saya coba. Ya sudah dik, terimakasih banyak ya sudah mau menemani saya .Laen waktu insyaAllah saya maen kerumah.”
“ Sama-sama mbak, saya tunggu ya..”
“ Assalamu'alaikum..”
“ Wa'alikum salam...” kami mengakhiri pembicaraan. Telingaku terasa panas karena Hp yang terpakai lama akhirnya mengeluhkan penatnya.
Kulihat jam menunjukan pukul 22.10 menit. Kuraih daun jendela dan kututup rapat yang sebelumnya kusampaikan salam perpisahan dengan bulan dan bintang yang melihatku tersenyum. Akh....malam yang indah.Alhamdulillah...terimakasih ya Allah..atas semua karunia nikmatMu yang tidak bisa hamba sebutkan satu persatu.
Kurebahkan tubuhku diatas pembaringan bersiap-siap mengembalikan jiwa padaNya. BismikaAllahumma ahya wabismika amuut. ***%$&(Q#$(Selang beberapa hari mbak Ayu sms “ Ass.Dik, alhamdulillah sy bs mrskanny. Skrng sy lbh tenang. Trmkash y.Wass" " Alhamdulillah. Smg istqm 'Mk apbl km tlh mnylsaikn sholtm, ingtlah Allah d wkt brdri, du2k dn d wkt brbaring. (Qs.4.103)” balasku. Alhamdulillah, ternyata Allah menurunkan HidayahNya melalui rangkaian kalimatku. Terimakasih ya Allah...hamba telah Engkau jadikan jalan bagi kebaikan, bukan jalan kesesatan. Alhamdulillah....Lahaulawalahuata ilabillah
Sumber ( Cerpen Harian)
Bersihnya Hati
Pagar rumah yang terkunci rapat, terlihat seolah -olah tiada penghuninya di rumah besar itu. Ku buka tas bagian depan untuk mencari sebuah kunci yang kumaksud. Setelah membebaskan gembok dari ikatan pagar, kubuka lebar hingga motorku pun bisa memasuki teras rumah. Terdengar dari dalam pintu rumah berbunyi tanda penghuni rumah melepaskan kunci lalu membukanya.
“Assalamu'alaikum...” ku sampaikan salam
“Wa'alikumsalam.... Aduhh nak...! ibu hari ini dapat teguran dari Allah. Wahh... seru poko'nya. Memang kesalahan ibu ini nak” jawab ibu diiringi deretan cerita yang sepertinya sudah sedari tadi ditahan untuk disampaikan. Kuhampiri beliau lalu kucium tangannya. Lalu kami memasuki rumah dengan tangan kami yang belum terlepas.
“Emangnya ada apa bu...?” sahutku melepaskan tangan sambil menuju ruang tengah dan menjatuhkan tubuh ke sofa.
“Hp ibu hilang fit.”
“Lho..!! bukannya tadi pagi ada di meja ruang tamu? Fitri lihat lho bu..?”
“Iya...memang tadi di situ. Ibu lupa menaruhnya di kamar. Dan tadi itu ada seorang pengemis perempuan muda sambil gendong anaknya. Tapi ibu gak berani shuudon denganya. Masak dia... wong lihat wajahnya itu sepertinya gak mungkin kalau dia itu nak...!”
“Lha yang di rumah siapa saja?”
“Yaa...cuma ibu, mas Yuda, Eyang putri juga Eyang kakung. Kalau orang luar ya...cuma pengemis perempuan itu nak. Tapi masak itu ya..? Waktu pengemis itu datang sih yang dirumah cuma ada ibu dan Eyang putri. Dan lagian memang mencurigakan sih nak, pengemis itu langsung saja membuka pagar lalu duduk di depan pintu. Wong belum di suruh masuk juga sudah masuk. Habis itu ibu ambilkan minum untuk dia. Masak waktu itu ya dia nyelonong masuk ambil Hpnya? Tapi ibu gak berani berburuk sangka padanya.
Untuk hilangnya Hp sih ibu enggak terlalu menyesal. Enggak geton gitu lho nak. Ibu merasa itu teguran dari Allah karena seharian tadi ibu sibuk dengan tanaman Anggrek ibu, sampai lupa sholat Dhuha. Ibu enggak ingat sama sekali. Hp di situ juga enggak ingat. Baru tadi sore ibu habis sholat asyar ibu mau pakai telepon, baru ingat. Baru ketahuan ilangnya” Cerita ibu panjang lebar
“Kalau coba dihubungi bagaimana?”
“Sudah.......dicoba sama mas Yuda, tapi tidak aktif. Ini semua salah ibu. Sebenarnya ibu sudah ikhlaskan, tapi gak tau kok ya masi kepikiran.” kata ibu sambil membetulkan kacamatanya yang turun.
“Ini bisa dibilang teguran sekalian ujian buat ibu karena Allah sayang sama ibu..?”
“Lho kok bisa sih nak...gimana..gimana maksudnya?”
“Kalau dibilang teguran bisa, biar ibu jangan terlalu asyik dengan apa yang dikerjakan sehingga melupakan Allah. Bisa juga di bilang ujian demi meningkatkan kwalitas keimanan ibu, lalu dilihat bagaimana ibu dalam menghadapi kehilangan ini. Apa ibu marah, sedih, kecewa atau bagaimana? Dan saya lihat ibu tidak seperti itu. Jadi InsyaAllah Ibu nilainya bagus dech. Hehehe....selamat ya bu...”
“Oohh...gitu ya nak..Alhamdulillah..”
Kusandarkan punggunggku tuk hilangkan sedikit keletihan dari seharian sibuk di kantor.
“Ada sebuah riwayat bu yang pernah saya baca dari suatu buku. Ada seorang murid yang bercerita pada gurunya dengan penuh rasa kagum bahwa dia telah melihat orang sakti yang bisa berjalan di atas air. Sedangkan sang guru tidak terlihat kagum atau bagaimana. Lalu si murid bercerita lagi bahwa orang tersebut bisa terbang. Tapi sang guru tetap tidak menunjukan ekspresi yang terpukau. Lalu si murid dengan rasa penasarannya bertanya pada gurunya mengapa sang guru sama sekali tidak kagum atau sejenisnya.Sang gurupun menerangkan bahwa tiada pernah heran melihat orang yang berjalan di atas air karena ikan pun begitu. Untuk terbang di udarapun burung juga bisa. Dan semua itu golongan Jin dan Iblis dengan mudah melakukannya. Sang guru meneruskan keterangannnya bahwa dia akan kagum apabila menemukan orang yang memiliki sesuatu , lalu sesuatu itu hilang dan dia tidak menunjukan perubahan exspresi kekecewaan dan tetap dalam kehambaannya pada Allah.” ceritaku pada ibu yang terlihat sedikit kebingungan
“Jadi maksudnya bagaimana ya nak? Kok bisa kagum dengan orang yang tidak sakti”
“Yaa...berarti kan orang itu bisa sabar menerima ketentuan yang paling tidak enak yang telah diberikan Allah padanya. Dia telah mendapat Ridho Allah bu... dan InsyaAllah ibu pun begitu karena ibu tidak merasa sedih, kecewa ataupun marah dengan kehilangan Hp itu. Namun kalau bisa jangan cuman Hp aja yang bisa kuat ya bu....semuanya yang kita rasa kita miliki ini. Karena Hakekatnya semua ini kan titipan. Bukan milik kita, tapi milik Allah. Sebagaimana yang pernah saya baca bahwa keimanan yang sempurna itu keimanan yang merasa tidak memiliki dan dimiliki oleh apapun kecuali Allah. Jadi suatu saat jika di ambil ya...kita gak boleh protes baik dalam bentuk apapun dan jika kita mendapatkan sesuatupun kita meyakini itu semua dari Allah semata oleh karena itu layaknya kita syukuri. Waahhh jadi kepanjangan ya bu... Jadi malu nih, kaya' udah kebeneran saja..”
Senyum ibu merekah bagai bunga di depan rumah. “Eii...enggak papa nak, ibu malah suka kalau kamu cerita seperti itu. Kamu kan bisa belajar jadi ustadzah.”
“Jauuhhh bu... lagian gak berani mimpi. Saya cuma pingin jadi hamba Allah yang bener saja dech. Belajar tidak selingkuh menjadi hamba selianNya. Karena itu fitri terus belajar supaya bisa setia sama Allah. Hehehehe...” sahutku sambil menyalakan Televisi.
“Ada lagi lho cerita yang lucu nak, sudah ibu habis kehilangan HP. Ee...tadi sore ada orang laki parubaya mondar mandir di depan rumah sambil lihatin rumah kita ini terus. Ya..tentu saja ibu sedikit takut. Akhirnya ibu coba beranikan diri untuk menegurnya. Ternyata dia itu lagi sakit perut mau ke belakang. Mau numpang tapi sungkan.” cerita ibu meneruskan
“Terus...ibu kasih ijin enggak?” Tanyaku penasaran sambil mengarahkan pandanganku menatap lekat mata wanita tua di hadapanku penuh kecemasan.
“Iya ta kasih ijin nak, kan kasihan.. ibu itu membayangkan betapa sakit perutnya yang menahan mau kebelakang. Wong ibu lho pernah mengalaminya. Waktu jalan-jalan sama Ayah, ibu terasa pingin kebelakang. Dan ibupun cari tumpangan. Gitu aja rasanya seneng banget ada yang mau memberi tumpangan.”
“Alhamdulillah..... Ibu hebat...bener-bener hebat.”
“Lho?! Kenapa nak? Wong gitu aja kok hebat. Wong kasih tumpangan saja kok hebat.”
“Yee...ibu kok gak peka sih. Di sini saya melihat betapa Allah telah mendatangkan orang itu untuk menguji ibu kedua kalinya. Begini, ibu kan habis kehilangan HP. Itupun dengan adanya peristiwa pengemis perempuan yang aneh dan mencurigakan. Ibu tidak berani Shuudhon dengannya dan mencoba menghilangkan perasangka-perasangka buruk padanya itu sudah bagus. Dan ibupun tidak kecewa, sedih ataupun marah dengan kehilangan HP, itu lebih bagus lagi. Lalu Allah masih ingin menguji ibu kesekian kalinya dengan mengirimkan orang yang sakit perutnya dan numpang ke belakang. Intinya cuman satu bu, setelah sederetan cerita di awal apakah ibu masih tetap menjaga hati ibu untuk tidak menorehkan nota hitam di hati ibu dengan berburuk sangka pada orang lain?? Jarang bu, orang yang habis kehilangan itu dengan muda memberi kepercayaan pada orang asing. Kebanyakan bawaannya curiga melulu. Tapi, ternyata ibu mengijinkan orang tersebut untuk kebelakang, dan ibu sama sekali tidak menaruh curiga. Itu lebih dari hebat bu....T.O.P B.G.T istilahnya .. TOP BANGET... Berarti hati ibu bener-bener terjaga dan bersih. Subhanallah........Saya kagum sama ibu. Alhamdulillah ya Allah...” Rasa kagumku tidak terbendung lagi hingga tanpa terasa genangan air sudah memenuhi kelopak mataku. Kuraih tubuh wanita tua itu dan kami pun berpelukan.
Ya..Allah, semoga Engkau selalu memberi kekuatan kami untuk tetap teguh denganMu. Bertahan dalam kesabaran disetiap kemauan dan kehendakMu atas kami. Beri kekuatan kami ya Allah, untuk menyadari bahwa semua hakekatnya adalah diriMu yang ada. Bukan kami, bukan yang lain melainkan diriMu. Engkau yang memberi Ujian dan Engkau pula yang memberi kekuatan. Terimakasih ya Allah....terimakasih.
Kutinggalkan ibu dengan kesibukannya. Dengan berlari kecil kusambar handuk lalu menuju kamar mandi. Sebentar lagi Adzan mahgrip berkumandang dengan suaraNya yang menggetarkan. Begitu terasa indah undangan itu bagi kita hamba-hambaNya. Semoga kita memenuhinya dengan melepaskan semua kebisingan dunia yang kemudian tenggelam dalam asyiknya bercengkrama denganNya. Labaikallah...hummalabaik.....
********
Sumber: (Cerpen Harian)
Kamis, 23 Agustus 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar