Pagar rumah yang terkunci rapat, terlihat seolah -olah tiada penghuninya di rumah besar itu. Ku buka tas bagian depan untuk mencari sebuah kunci yang kumaksud. Setelah membebaskan gembok dari ikatan pagar, kubuka lebar hingga motorku pun bisa memasuki teras rumah. Terdengar dari dalam pintu rumah berbunyi tanda penghuni rumah melepaskan kunci lalu membukanya.
“Assalamu'alaikum...” ku sampaikan salam
“Wa'alikumsalam.... Aduhh nak...! ibu hari ini dapat teguran dari Allah. Wahh... seru poko'nya. Memang kesalahan ibu ini nak” jawab ibu diiringi deretan cerita yang sepertinya sudah sedari tadi ditahan untuk disampaikan. Kuhampiri beliau lalu kucium tangannya. Lalu kami memasuki rumah dengan tangan kami yang belum terlepas.
“Emangnya ada apa bu...?” sahutku melepaskan tangan sambil menuju ruang tengah dan menjatuhkan tubuh ke sofa.
“Hp ibu hilang fit.”
“Lho..!! bukannya tadi pagi ada di meja ruang tamu? Fitri lihat lho bu..?”
“Iya...memang tadi di situ. Ibu lupa menaruhnya di kamar. Dan tadi itu ada seorang pengemis perempuan muda sambil gendong anaknya. Tapi ibu gak berani shuudon denganya. Masak dia... wong lihat wajahnya itu sepertinya gak mungkin kalau dia itu nak...!”
“Lha yang di rumah siapa saja?”
“Yaa...cuma ibu, mas Yuda, Eyang putri juga Eyang kakung. Kalau orang luar ya...cuma pengemis perempuan itu nak. Tapi masak itu ya..? Waktu pengemis itu datang sih yang dirumah cuma ada ibu dan Eyang putri. Dan lagian memang mencurigakan sih nak, pengemis itu langsung saja membuka pagar lalu duduk di depan pintu. Wong belum di suruh masuk juga sudah masuk. Habis itu ibu ambilkan minum untuk dia. Masak waktu itu ya dia nyelonong masuk ambil Hpnya? Tapi ibu gak berani berburuk sangka padanya.
Untuk hilangnya Hp sih ibu enggak terlalu menyesal. Enggak geton gitu lho nak. Ibu merasa itu teguran dari Allah karena seharian tadi ibu sibuk dengan tanaman Anggrek ibu, sampai lupa sholat Dhuha. Ibu enggak ingat sama sekali. Hp di situ juga enggak ingat. Baru tadi sore ibu habis sholat asyar ibu mau pakai telepon, baru ingat. Baru ketahuan ilangnya” Cerita ibu panjang lebar
“Kalau coba dihubungi bagaimana?”
“Sudah.......dicoba sama mas Yuda, tapi tidak aktif. Ini semua salah ibu. Sebenarnya ibu sudah ikhlaskan, tapi gak tau kok ya masi kepikiran.” kata ibu sambil membetulkan kacamatanya yang turun.
“Ini bisa dibilang teguran sekalian ujian buat ibu karena Allah sayang sama ibu..?”
“Lho kok bisa sih nak...gimana..gimana maksudnya?”
“Kalau dibilang teguran bisa, biar ibu jangan terlalu asyik dengan apa yang dikerjakan sehingga melupakan Allah. Bisa juga di bilang ujian demi meningkatkan kwalitas keimanan ibu, lalu dilihat bagaimana ibu dalam menghadapi kehilangan ini. Apa ibu marah, sedih, kecewa atau bagaimana? Dan saya lihat ibu tidak seperti itu. Jadi InsyaAllah Ibu nilainya bagus dech. Hehehe....selamat ya bu...”
“Oohh...gitu ya nak..Alhamdulillah..”
Kusandarkan punggunggku tuk hilangkan sedikit keletihan dari seharian sibuk di kantor.
“Ada sebuah riwayat bu yang pernah saya baca dari suatu buku. Ada seorang murid yang bercerita pada gurunya dengan penuh rasa kagum bahwa dia telah melihat orang sakti yang bisa berjalan di atas air. Sedangkan sang guru tidak terlihat kagum atau bagaimana. Lalu si murid bercerita lagi bahwa orang tersebut bisa terbang. Tapi sang guru tetap tidak menunjukan ekspresi yang terpukau. Lalu si murid dengan rasa penasarannya bertanya pada gurunya mengapa sang guru sama sekali tidak kagum atau sejenisnya.Sang gurupun menerangkan bahwa tiada pernah heran melihat orang yang berjalan di atas air karena ikan pun begitu. Untuk terbang di udarapun burung juga bisa. Dan semua itu golongan Jin dan Iblis dengan mudah melakukannya. Sang guru meneruskan keterangannnya bahwa dia akan kagum apabila menemukan orang yang memiliki sesuatu , lalu sesuatu itu hilang dan dia tidak menunjukan perubahan exspresi kekecewaan dan tetap dalam kehambaannya pada Allah.” ceritaku pada ibu yang terlihat sedikit kebingungan
“Jadi maksudnya bagaimana ya nak? Kok bisa kagum dengan orang yang tidak sakti”
“Yaa...berarti kan orang itu bisa sabar menerima ketentuan yang paling tidak enak yang telah diberikan Allah padanya. Dia telah mendapat Ridho Allah bu... dan InsyaAllah ibu pun begitu karena ibu tidak merasa sedih, kecewa ataupun marah dengan kehilangan Hp itu. Namun kalau bisa jangan cuman Hp aja yang bisa kuat ya bu....semuanya yang kita rasa kita miliki ini. Karena Hakekatnya semua ini kan titipan. Bukan milik kita, tapi milik Allah. Sebagaimana yang pernah saya baca bahwa keimanan yang sempurna itu keimanan yang merasa tidak memiliki dan dimiliki oleh apapun kecuali Allah. Jadi suatu saat jika di ambil ya...kita gak boleh protes baik dalam bentuk apapun dan jika kita mendapatkan sesuatupun kita meyakini itu semua dari Allah semata oleh karena itu layaknya kita syukuri. Waahhh jadi kepanjangan ya bu... Jadi malu nih, kaya' udah kebeneran saja..”
Senyum ibu merekah bagai bunga di depan rumah. “Eii...enggak papa nak, ibu malah suka kalau kamu cerita seperti itu. Kamu kan bisa belajar jadi ustadzah.”
“Jauuhhh bu... lagian gak berani mimpi. Saya cuma pingin jadi hamba Allah yang bener saja dech. Belajar tidak selingkuh menjadi hamba selianNya. Karena itu fitri terus belajar supaya bisa setia sama Allah. Hehehehe...” sahutku sambil menyalakan Televisi.
“Ada lagi lho cerita yang lucu nak, sudah ibu habis kehilangan HP. Ee...tadi sore ada orang laki parubaya mondar mandir di depan rumah sambil lihatin rumah kita ini terus. Ya..tentu saja ibu sedikit takut. Akhirnya ibu coba beranikan diri untuk menegurnya. Ternyata dia itu lagi sakit perut mau ke belakang. Mau numpang tapi sungkan.” cerita ibu meneruskan
“Terus...ibu kasih ijin enggak?” Tanyaku penasaran sambil mengarahkan pandanganku menatap lekat mata wanita tua di hadapanku penuh kecemasan.
“Iya ta kasih ijin nak, kan kasihan.. ibu itu membayangkan betapa sakit perutnya yang menahan mau kebelakang. Wong ibu lho pernah mengalaminya. Waktu jalan-jalan sama Ayah, ibu terasa pingin kebelakang. Dan ibupun cari tumpangan. Gitu aja rasanya seneng banget ada yang mau memberi tumpangan.”
“Alhamdulillah..... Ibu hebat...bener-bener hebat.”
“Lho?! Kenapa nak? Wong gitu aja kok hebat. Wong kasih tumpangan saja kok hebat.”
“Yee...ibu kok gak peka sih. Di sini saya melihat betapa Allah telah mendatangkan orang itu untuk menguji ibu kedua kalinya. Begini, ibu kan habis kehilangan HP. Itupun dengan adanya peristiwa pengemis perempuan yang aneh dan mencurigakan. Ibu tidak berani Shuudhon dengannya dan mencoba menghilangkan perasangka-perasangka buruk padanya itu sudah bagus. Dan ibupun tidak kecewa, sedih ataupun marah dengan kehilangan HP, itu lebih bagus lagi. Lalu Allah masih ingin menguji ibu kesekian kalinya dengan mengirimkan orang yang sakit perutnya dan numpang ke belakang. Intinya cuman satu bu, setelah sederetan cerita di awal apakah ibu masih tetap menjaga hati ibu untuk tidak menorehkan nota hitam di hati ibu dengan berburuk sangka pada orang lain?? Jarang bu, orang yang habis kehilangan itu dengan muda memberi kepercayaan pada orang asing. Kebanyakan bawaannya curiga melulu. Tapi, ternyata ibu mengijinkan orang tersebut untuk kebelakang, dan ibu sama sekali tidak menaruh curiga. Itu lebih dari hebat bu....T.O.P B.G.T istilahnya .. TOP BANGET... Berarti hati ibu bener-bener terjaga dan bersih. Subhanallah........Saya kagum sama ibu. Alhamdulillah ya Allah...” Rasa kagumku tidak terbendung lagi hingga tanpa terasa genangan air sudah memenuhi kelopak mataku. Kuraih tubuh wanita tua itu dan kami pun berpelukan.
Ya..Allah, semoga Engkau selalu memberi kekuatan kami untuk tetap teguh denganMu. Bertahan dalam kesabaran disetiap kemauan dan kehendakMu atas kami. Beri kekuatan kami ya Allah, untuk menyadari bahwa semua hakekatnya adalah diriMu yang ada. Bukan kami, bukan yang lain melainkan diriMu. Engkau yang memberi Ujian dan Engkau pula yang memberi kekuatan. Terimakasih ya Allah....terimakasih.
Kutinggalkan ibu dengan kesibukannya. Dengan berlari kecil kusambar handuk lalu menuju kamar mandi. Sebentar lagi Adzan mahgrip berkumandang dengan suaraNya yang menggetarkan. Begitu terasa indah undangan itu bagi kita hamba-hambaNya. Semoga kita memenuhinya dengan melepaskan semua kebisingan dunia yang kemudian tenggelam dalam asyiknya bercengkrama denganNya. Labaikallah...hummalabaik.....
********
Sumber: (Cerpen Harian)
Jumat, 24 Agustus 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar