Kenangan indah Surabaya, 22 April 2006
Di pagi yang cerah itu tiada terasa indah bagi sosok Nani yang sedang sibuk dengan urusan administrasi pendaftaran rawat inap di salah satu rumah sakit negeri . Terlihat nani mondar mandir dengan membawa surat pengantar dari Rs. Swasta untuk di serahkan kepada dokter yang bertugas. Di sisi tengah ruang tunggu IRD sepasang mata yang sayu lekat melihat nani dengan menahan rasa yang tiada terucap hanya sesekali merintih. Selang-selang infus yang mengikatnya dan bantuan oksigen yang diberikan oleh perawatpun menjadikan pemandangan semakin menyayat hati. Nafas yang turun naik begitu cepat menunjukan betapa terasa sesak dan berat dada yang menahan sakit. Lemas terkulai tak berdaya dengan segala kepasrahan yang ada hanya tercurah pada sang Pencipta. Menunggu dan menanti apa yang akan diberikan Tuhan atas diri yang pilu. Akankah semua menjadi baik dan kembali hingga senyum yang manispun akan berkembang lagi dari bibir mungil itu.
Begitu selesai urusan administrasi dengan tersenyum nani pun menghampiri mata sayu yang sedari tadi mengamatinya. Dengan gemetar suara itupun akhirnya mengalir dari bibir mungil itu “ Bu, aku enggak kuat”. Seakan dinding-dinding ruang tunggu IRD itu hancur berkeping dan menindi tubuh yang tergolong kurus itu. Dadanya bergemuru kencang dan deras terasa air yang akan tertumpahkan. Pecah sudah pertahanannya untuk bisa tetap tersenyum.
“Jangan bilang gitu sayang, Ayi' pasti kuat. Kita berdoa sama Allah biar Ayi' sembuh ya...” begitu nani memberikan semangat pada buah hatinya yang sudah tidak berdaya. Dan terlihat butiran bening telah membentuk anak sungai di pipi yang tidak terlapiskan bedak itu. Hanya menggangguk lemah Ayi' memberi tanda pada sang ibu.
Seorang perawat menghampiri dan mulai memberitahukan kamar yang semestinya ditempati. Melalui lorong-lorong rumah sakit serta melewati lalulalang orang dalam kesibukannya petugas mendorong troli yang diikuti nani berjalan dengan sedikit berlari karena takut ketinggalan menuju kamar untuk menginap buah hatinya. 'Tenang.....tenang dan sabar' bisik nani dalam hati untuk dirinya sendiri. Begitu lelah wajah yang berusaha untuk sembunyikan dukanya itu. Sudah dua hari buah hatinya rawat inap di Rs Swasta dengan diagnosa Typus oleh dokter ternyata di hari ketiga ini malah mendapatkan rujukan untuk di kirim ke Rs Negeri karena diagnosa dokter kini mengarah pada DB ( Demam Berdara ) sedangkan peralatan tidak memadai. 'Ya Allah.....apapun ketentuanMu atas kami berilah kami kekuatan untuk menghadapinya' itulah sepercik harapan yang melintas dalam benak hati nani pada Tuhannya.
Di ruangan itu sudah banyak pasien anak-anak yang lainnya. Sedangkan buah hati nani yang semula di tempatkan bersama mereka namun kemudian dipindah lagi ke ruang observasi atas permintah dokter yang menanganinya. Di ruang itu Ayi' mendapatkan perhatian yang intensive oleh perawat dan dokter. Bahkan dokter tidak meninggalkannya melainkan hanya sebentar-sebentar. Berbagai macam tindakan telah dilakukan oleh dokter dan suster untuk memastikan diagnosa mereka akan jenis penyakit yang menimpa Ayi'. Mulai dari periksa darah, foto, USG dan sebagainya.
Nani terlihat sudah mulai tenang dengan berbagai pelayanan yang diberikan pihak Rs pada buah hatinya. Di hampirinya buah hatinya yang tengah berjuang melawan rasa sakit dan keresahan jiwa.
“Bu...ayo pulang...” pintanya
“Iya....sebentar lagi kalau Ayi' sembuh”
“Bu...mas kiki kok gak kesini..? katanya ibu kesini” tanya Ayi' atas janji nani yang mengatakan bahwa mungkin nanti anak temannya yang bernama Kiki akan datang menjenguk, karena Ayi' suka maen sama Kiki yang sepantaran dengannya.
“Iya...belum. Biar ibu telepon dulu ya...?” sahut nani
“Gak usa bu..gak usa” balas Ayi'
“Bu, aku gak tahan pakai ini...” sambil menunjukan selang oksigen yang masuk di lubang hidungnya Ayi' mengiba.
“Lho..harus pakai ini sayang..biar Via cepat sembuh” nani menenangkan
“Pakai ya...kalau tidak mau ibu mau kerja aja gak mau nungguin Ayi''”bujuk nani sambil menahan rasa sedih.
“Emooh... jangan kerja” pintah Ayi' merintih
“Iya...makanya pakai ini biar Ayi' nafasnya gak sesak. Ibu tinggal sholat dulu ya sayang...” tutur nani meminta ijin yang disambut dengan anggukan.
Nani sholat di samping ranjang buah hatinya. Sementara perawat dan dokter silih berganti memeriksa keadaan Ayi' Selang beberapa waktu dokter memanggil nani untuk membicarakan sesuatu.
Dokter: “Bu...anak ibu positif kena DB dan kita butuh darah”
Nani: “Terus bagaimana dokter....?”
Dokter: “Ibu jaga sendiri? Ayahnya mana?”
Nani: “Tidak ada. Memang kenapa dok? Apa harus ayahnya? Bagaimana kalau darah saya saja yang dipakai?”
Dokter: “Bukan begitu bu, kita mesti beli darah di PMI, bukan darah yang bisa di transfusi langsung. Tapi darah yang sudah di olah dulu dan yang ada hanya di PMI. Jadi harus ada yang ambil.”
Nani: “ Biar saya telepon saudara saya untuk ambil Dok.”
Dokter: “ya ...silakan. Ini surat pengantarnya”
Kemudian nani beranjak dan telepon saudaranya yang kebetulan sedang kerja diminta untuk segera ke Rs untuk ambil darah. Selang beberapa waktu yang cukup lama saudara Ratih muncul. Sebentar menghampiri pembaringan Ayi' lalu segera berangkat lagi ke PMI untuk ambil darah. Tak lupa naniberpesan untuk cepat yang dibalas dengan anggukan.
Detik demi detik berjalan tanpa mau menunggu atau istirahat barang sebentar. Seiring keresahan yang tersembunyi nani mencoba untuk tenang dan tetap mendampingi putri semata wayangnya itu. Di temani saudara sepupunya nani mencoba terus membujuk Ayi' yang sudah resah dengan selang infus dan oksigen yang menempel di hidungnya. Sesekali dia berontak untuk melepas selang oksigen yang dirasa mengganggu. Padahal nafas yang ada terlihat sesak dan sulit untuk bernafas. Sampai-sampai nani dan saudara sepupunya pun memegangi tangan Ayi' yang selalu berusaha melepas selang oksigen yang menjadi penyambung nafasnya.
Hingga akhirnya darah hitam keluar dari mulut Ayi'. Kontan seluruh perawat dan dokter sibuk dengan berbagai alat dan membersihkan muntahan darah yang membasahi baju Ayi'. Terlihat bibir Via terbata-bata dan nafasnya mulai mengendur hingga..............tiada gerak dan tiada suara yang ia keluarkan. Yang ada jeritan dari bibir nani dan sepupuhnya. Diciumi kaki yang tidak bergerak itu dengan segala rasa yang tiada bisa terlukiskan.
'Ya...Allah....saya tidak berdaya dengan kuasaMu dan saya tidak akan sanggup hadapi semua ini tanpa Engkau beri kekuatan padaku. Lahaulawalakuata ilabillah.....Hasbiallah alaihi tawakaltu wahua rabbil arsyil adhim...' itu dan begitu terus bibir nani tiada berhenti mencari kekuatan.
Dokter dan perawat sibuk untuk mengupayakan keadaan Ayi' yang terkulai lemah dan tak bergerak. Sedangkan nani beranjak pergi mengambil air wudlu dan melakukan sholat asyar. Dalam takbirnya nani mendengar jeritan sepupuhnya dari mengetahui bahwa dokter sudah tidak mampu menolong Ayi'. Dia telah pergi......Innalillahiwainnaillaihi roji'un. nani tersungkur dalam sujudnya dengan segala kepasrahan. Mengalir dari bibirnnya permohonan ampun pada Tuhan atas segala kesalahan yang pernah dia lakukan dalam menjaga amanah yang diberikan. 'Ya....Allah, Engkau ambil dari apa yang Kau titipkan. Dan aku benar-benar tak berdaya. Terimalah dia dengan segala cintaMu pada hambaMu. Dan Ampuni hamba jika selama dia Kau titipkan pada hamba, hamba salah dalam mendidiknya, hamba kurang dalam merawatnya, hamba tidak benar dalam menjaganya. Ya Allah.....hamba tidak akan sanggup hadapi semua ini tanpa Engkau memberi kekuatan pada hamba. Jangan tinggalkan hamba yang memerlukanMu. Dan jangan biarkan hamba berputusasa atas rahmatMu'. Tersungkur nani dalam isak tangisnya yang tak berdaya.
Ayang..... Ayi'ku Sayang
Getar nadimu kurasakan mengalir dalam tubuhku
Gerakmu menari-nari menghiasi pelupuk mata yang sayu
Pelukmu masih hangat dalam dekapanku
Lembut terasa genggaman mungil tanganmu
Berbekas halus di jari-jari yang penuh peluh
Ayang...Ayi'ku sayang
Bunda menyayangimu...
Bunda mencintaimu.......
Bundapun selalu merindukan tangis manjamu
Bunda selalu tersenyum dalam kenangan indah bersamamu
Ayang...Ayi'ku Sayang
Dirimu adalah bunga dalam hidup bunda
Drimu adalah bulan dalam alunan langkah bunda
Jauh pun dirimu terasa selalu bersama bunda
Tiada pernah kita berpisah melainkan selalu bersama
Bersama dalam naungan Cinta Sang Kekasih Abadi
Ayang...Ayi'ku Sayang
Sampaikan salam bunda pada Sang Kekasih
Sampaikan kerinduan bunda pada Sang Kekasihku
Sampaikan pula betapa bunda menanti di tepi-tepi pintu_Nya
Akankah terbuka dan mau menerima
Semoga.......
“Dan Dia-lah yang telah menghidupkan dan Mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (Qs. Al-Mu'minun 80)
Dalam renungan panjang .....
Tertegun dalam lamunan panjang. Semoga diberi kekuatan dan ketabahan. Tanpa dibayangkan dan tanpa diduga, dalam hitungan beberapa hari yang dicinta pergi tanpa kembali. Apakah kita merasa memiliki sesuatu hingga kita merasa kehilangan dari yang bukan milik kita?
Ini benar telah terjadi. Dan tertegun dalam terkejutan akan pelajaran yang Allah berikan pada seorang hamba.
Kita berencana dan Allah pun punya rencana. Tiada mampu kita memaksaNya. Biarlah sudah menjadi ketentuanNya dan kemauanNya atas hamba-hambaNya. Bersabar...bersabar...dan bersabarlah....
Ini benar telah terjadi pada Ayi' dan apakah tidak mungkin bisa menimpa diri kita? Mungkin dan bisa saja. Maka bersiap-siaplah dalam menghadapi semua kemungkinan yang diluar dugaan kita walaupun itu menyakitkan atau menyenangkan. Sebagaimana dengan kisah yang menimpa diri saya. Saya tiada pernah menyangkah buah hati yang dicinta akan pergi begitu cepat. 5 tahun 4 bulan tepat usianya. Lalu kapan untuk kita? Dan siapkah kita?
Apakah setelah ini kita masih bisa mengatakan dan meremehkan kematian atas diri kita , saudara kita, orangtua kita, kerabat dekat kita?. Apakah kita masih mampu mengatakan kematian kita masih lama lagi? Apakah setelah ini masih kita mampu tertawa lepas hingga melupakan Izroil yang mungkin tengah mengintai kita? Apakah kita masih merasa terlalu muda untuk ukuran kematian? Apakah karena kita merasa diri kita masih dalam kondisi yang 'sehat'? Apakah bisa jika kematian itu datang menghampiri kita, lalu kita memintanya kembali beberapa waktu lagi? Apakah kita mampu menerima kematian dengan senyuman?
Riwayat mengatakan Rasulullah Saw. Pernah keluar ke masjid, beliau mendapatkan kami saat itu sedang berbincang-bincang dan tertawa. Beliau bersabda,”Ingatlah mati. Ingat, Demi Tuhan yang jiwaku di tanganNya, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.”
Anas ra. Berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, “Perbanyaklah mengingat mati, karena hal itu dapat membersihkan dosa dan mendorong sikap zuhud terhadap dunia.” Nabi Muhammad Saw bersabda,”Cukuplah kematian sebagai sesuatu yang memberi nasehat.”
Kematian datang atas kehendakNya dan tiada mampu kita menghindarinya. Dan tiada mungkin kita mampu menghadapinya tanpa berpegang dalam pertolonganNya.Oleh karena itu siapkan diri kita untuk menjemputnya dengan salalu meneguhkan keimanan pada Allah Swt. Kematian bukanlah hal yang menakutkan namun perlu kita perioritaskan persiapannya karena dia pasti datangnya. Artinya kita mesti pada kondisi yang tidak terlena dengan dunia yang hanya sesaat dan cenderung menggoda kita. Gemerlapnya dunia jangan jadikan kita silau hingga lupa kematian mengitari kita dan bisa datang sewaktu-waktu. Lalu dalam kondisi apakah kita nantinya saat kematian itu menjemput.?
Ingatkah kita akan firmanNya:
“ Kami tidak Menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu(Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai Cobaan ( yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” ( Qs. Al-Anbiya' 34-35)
Ada semua cerita yang baik yang pernah diputar di televisi yang InsyaAllah bisa kita ambil pelajaran. Dimana dua bersaudara dengan dua karakter yang berbeda. Si sulung terkenal dengan kesholehannya sedangkan si bungsu terkenal dengan kemaksiatannya yang na'udzubilahimindalik. Namun yang jadi ngiris di hati dimana akhir dari keduanya sangat ironis sekali. Saat terjadi bencana alam diantara korbannya adalah dua bersaudara tersebut. Si sulung ditemukan mayatnya di tempat hiburan lokalisasi milik adhiknya. Sedangkan si bungsu ditemukan mayatnya di masjid. Subhanallah.....
Hanya karena si sulung tergoda dari bisikan setan yang mengatakan bahwa dia terkenal anak yang sholeh dan tidak pernah berbuat maksiat jadi sesekali tidak apa-apa mencoba. Toh Allah maha pengampun. Jadi setelah melakukan maksiat dia akan minta ampun pada Allah lagi.
Sementara si bungsu merasa dirinya banyak dosa dan ingin membersihkan diri dengan bertaubat.
Adakah mereka tau akan kematian mereka yang ternyata ada di depan mata..?
Saudara... begitupun dengan kita yang tiada pernah tau.... maka mari kita berhati-hati....
Tiada dosa besar jika itu diampuni oleh Allah dan tiada dosa kecil jika itu dipertanyakan dan dihitung oleh Allah. Oleh karena itu jangan meremehkan sesuatu walaupun itu kecil. Selamatkan diri kita dari kemaksiatan walaupun itu baru terbesit dalam hati. Bersihkan dengan memohon ampunan...
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah Berfirman kepada mereka,”Matilah kamu” kemudian Allah Menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah Mempunyai Karunia terhadap manusia tetapi kebanyakam manusia tidak bersyukur.” ( Qs. Al-Baqarah 243)
Wahai orang tua..... Sadari anak-anak bukanlah milik kita. Kita hanya bertugas untuk menjaganya maka janganlah merasa punya hak untuk menguasainya. Banyak orang tua menjadi gila karena ditinggal buah hatinya meninggal. Itu semua karena kita dalam kondisi yang tidak siap dengan ketentuan Allah atas mereka. Begitupun saya yang tiada pernah menyangkah jika Allah mengambil buah hati saya dengan begitu cepat. Namun Alhamdulillah Allah memberi kekuatan pada saya untuk bisa bertahan. Memang berat melepaskannya. Memang sedih ditinggalkannya. Memang akan terasa tidak rela. Tapi dikala kita kembalikan kesadaran bahwa itu semua titipan, yang mengambil yang punya dan kita tidak punya hak untuk minta perpanjangan disaat yang punya sudah memutuskan. Maka bersabarlah dan terimalah dengan keridhoanNya. Allah punya rencana untuk kita yang telah dipersiapkanNya.
“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan(bagimu), di sisi Allah-lah pahala yang besar.” ( Qs. Ath-Thalaq 15)
Saudaraku semua......
Siapkan diri kita dengan segala ketentuanNya atas kita, dan tempatkan diri kita dengan berserah diri hanya padaNya hingga yang terasa hanyalah keikhlasan karena Allah lah yang mengatur segalanya dan pasti semua terbaik buat kita.
Kita tidak tau apa yang akan terjadi esok hari, nanti malam ataupun sesaat lagi.... jadi berhati-hatilah....dan siaplah dengan segala kemungkinanNya.
Semoga bermanfaat.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar