Dihadapanku sebuah buku favorit sudah siap menunggu untuk ku baca ulang. Sudah ketujuh kali kubaca buku ini. Entahlah, sangat suka aku membacanya. Rasa nyaman mengaliri bilik-bilik kalbuku.
Tiba-tiba Hpku memanggil dengan nada singkat miliknya. Kutengok siapa gerangan yang kirim pesan di malam yang mulai larut ini. Ternyata Kang Sono, sahabatku yang tinggal jauh di luar kota menyapa dengan sebuah kalimat hikmah pencerah jiwa.
“Bila Allah Swt mencintai seorang hamba, Dia memberinya kesusahan yang banyak. Bila Allah Swt membencinya, dunia si hamba itu dileluasakan (Al-Dudhail bin Iyadh) iki fit.”
Tersenyum aku membacanya dengan tak lupa ucap syukur pada Allah yang telah mengirim Kang Sono untuk memberikan pencerahan di hati. Lalu aku membalasnya “ Alhamdulillah, terimakasih kang. Lalu, bagaimana jika ada orang yang ahli ibadah. Ibadahnya top banget, tapi juga cinta harta. Kasihan jg heran kalau lihat orang yang begitu. menurutmu bagaimana kang?”
Tanpa menunggu lama Kang Sono membalasnya “Cinta harta baik fit, tapi ki2r gak . Qt jg cinta harta nyatanya kerja, kemana2 bawa hp, fit kyai q itu ingin sesuatu kalau gak bagus dan mahal gak mau”
“Jadi boleh ya cinta harta? Terus kalau hartanya di ambil Allah misal melalui kecurian, dan dia sangat sedih karena cintanya diambil. Bgm? Emang boleh cinta selain Allah kang? Kan hati cuman 1. Dan Allah pencemburu, karena itu tidak mau disekutukan. Celakalah jika orang mengaku cinta Allah tapi masih menaruh hati pada yang laen. Bukannya Harta mesti di tangan, Allah yang di hati kang? Walahu'alam.” balasku.
“Hehe Fit, yang gak boleh itu harta masuk ke hati. Fit kamu mau gaji kamu dipotong tanpa sebab. Dan kerja gak dibayar?” balas Kang Sono. Kulihat jam di meja sudah menunjukan pukul 22.00. Kuurungkan niatku membaca buku. Kututup lalu kembali membalas sms kang Sono
“Lho yang namanya cinta itu ya di hati kang. Soal gaji dipotong tanpa sebab. Jika emang itu kehendak Allah, insyaAllah saya terima. Bukankah sebab itu datang dariNya dan akibat itu pemberianNya. Masalahnya 1, kemana kecenderungan kita melihatnya? Pada pemberian apa sang pemberi. Jika pada sang pemberi, disana tiada sedih, kecewa, atau marah. Wassalam.“ kucoba mengakhirinya karena kantuk mulai menyapa, dan pembaringan pun memanggil menawarkan diri.
Belum sempat aku beranjak untuk menutup jendela kamar, Hp melengking lagi. “Coba kamu pindah kerja dengan gaji sedikit kalau mau silahkan besok pagi kamu pindah, itu artinya gak cinta harta gak usah pakai alasan itu yang dilakukan robi'ah”
Belum sempat juga kubalas, sudah datang yang berikutnya “Kalau bisa kamu kerja tapi gajimu untuk fakir miskin itu yang dilakukan ibrahim bin adam. Kalau berani lakukan silahkan.”
Dengan menahan kantuk kucoba membalasnya “Hehe...ngapain pindah jika itu nurutin nafsu. Allah yang menempatkan bukan aku, kamu atau siapa. Allah yang memberikan garisNya atas kehendakNya. Robi'ah dalam garisNya tidak menikah. Apa aku juga mesti begitu? Jika kita masih meniru dari luar bukan menyambut dari dalam diri, hati2, itu mungkin nafsu kita bukan kemauanNya. Uda ya.mau tidur nih. Maaf lahir batin jika ada salah dan suwun. InsyaAllah kapan2 saya pingin maen kesana. Kenalin ama nenek sufi itu ya. Salam sungkem untuk beliau. Wassalam:o)”
Kumatikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur yang lebih redup. Berat kepala dan mataku, segera hendak kubaringkan tubuhku tiba-tiba Hp bernyanyi lagi. Ternyata Kang Sono masih meneruskan “ Loh itu contoh, kalau bgtu kita gak usah contoh nabi. Kan kita baik. Atau shabat, buat apa to nabi udah gak ada. Kamu contoh walinya aja gak mau apa lagi ulama, apa kamu tunggu wahyu. Kaya nabi, apa malaikat jibril?”
Wah, jadi panjang nih. Salah paham bisa jadi...gemingku dalam hati. Akhirnya akupun membalasnya “Iya tentu kita meneladani beliau semua. Tapi ga hantam kromo gitu kang. Kekuatan hati tiap orang kan berbeda. Dan Allahlah yang menguasai hati tiap2 manusia. Wallahu'alam bi showab.”
Kurebahkan tubuhku. Sudah tak tahan dengan rasa kantuk yang menyelimuti. Kulihat jam yang bertengger di meja sudah menunjukan pukul 22.30. Kupanjatkan doa untuk menyerahkan hidup dan mati pada Allah Swt. Ingat sunnah Rosul dengan miring kekanan yang membuatku memiringkan tubuhku menghadap meja yang berada di sisi kanan pembaringan. Tiba-tiba Hp memanggilku lagi.
Kupaksakan diriku meraih dan membaca pesan yang ternyata masih dari Kang Sono.
“Fit katanya ingin praktek, ayo lakukan. Aku dulu kerja di perusahaan selama 3th. Aku keluar di kota bising banyak orang sibuk cari duit gak tahu siang dan malam cari duit terus sampai badan kurus patuh pada bos. Kalau gak mau takut di pecat katanya patuh hanya pada Allah, ya jadinya aku tanpa perintah bebas semau gua. Fit Aku kemarin ditawarin kerja di perusahaan oleh ka2ku yang kebetulan sebagai personalianya. Aku jawab enggak minat. Jangankan kerja, cewek aja gak kepikiran. Yang kutahu bahwa Allah itu ada. Jadi gak usah di akal atau rekayasa gitu. Dikatakan takut ogah. Katanya lek iso tumpak ono dunyo, ojo sampek di tumpaki dunyo.”
Subhanallah...Kang Sono kok jadi seru begini?. Akh...maaf kang saya sudah ngantuk banget. Kapan-kapan kita sambung lagi diskusinya...bisik dalam hatiku sendiri seolah-olah kang Sono pun mendengar bisikanku. Akupun terlelap.
Waktu subuh datang, segelintir orang yang diberi kekuatan olehNya untuk memenuhi panggilanNya kala itu juga. Ada yang terlambat tapi tetap datang menghadap. Tapi Ada juga yang ditutup mati hatinya hingga tak terdengar panggilanNya sama sekali. Semua dalam kuasaNya.
Begitu turun dari jamaah sholat subuh di masjid, kusapa Hp yang kurasakan semalam masih memanggil-manggil dan tidak sempat kuhiraukan lagi. Ternyata Kang Sono yang mengirimkan pesannya di pukul 00.54dini hari.
“Hihihihaha.. Fitri2 orang yang hati hanya ada Allah, maka ia tak akan menilai hati orang lain, wong ia mencintai harta itu yang menggerakan Allah, maka aku bilang baik. Berarti hati masih ada selainnya(ngrasani) berarti kamu merasa dirimu paling....di banding orang lain. Kadang orang yang kamu sangka itu jauh lebih baik darimu. Ini kata orang dulu orang yang menyangka biasanya yang melakukan ketimbang yang disangka. Amit q.”
Tersentak aku membacanya. Hingga kucoba membaca ulang lagi dengan pelan-pelan dan berharap Allah memberi kepahaman atas ilmuNya. Lalu ada sesuatu yang kurasakan masuk dalam hatiku. Berdiam disana dan menemaniku cukup lama. Menerawang pandanganku keluar jendela, lalu tertunduk, sedih, malu, takut, juga harap.
Ya Allah...ya Rabb
Betapa malunya hamba padaMu
Betapa bodohnya hamba di hadapanMu
Betapa lalainya hamba ini dengan kuasaMu
Ya Allah...ya Rabb
Mengapa hamba sibuk menilai hati hambaMu yang lain
Hingga lalai untuk menjaga hati hamba sendiri
Ya Allah...ya Rabb
Mengapa hamba merasa lebih baik dari yang lain
Sedangkan hamba tidak lebih baik dari seekor semut yang begitu berkasihsayang dengan sesamanya.
Ya Allah...
Mengapa hamba sibuk menilai orang lain
Sedangkan hamba sendiri tidak mengetahui bagaimana nilai hamba dihadapanMu.
Ya Allah....ya Rabb..
Leburkan rasa sombong dihati hamba
Lumatkan rasa bangga dihati hamba
Hancurkan rasa ujub yang bertengger di hati hamba
Kikis habis rasa riya di hati hamba
Baik yang samar maupun yang terang
Ya Allah...ya Rabb
Tuhan yang Ampunannya melebihi dosa hamba-hambaNya
Hamba datang dengan setumpuk dosa
Dengan luasnya ampunanMu, Ampunilah hamba
Dengan luasnya kasihMu, kasihilah hamba
Terimalah hamba kembali ya Allah....terimalah hamba....
Airmata telah jadi sahabat menemani dan menyejukan dadaku yang terbenam rasa sesal. Kuraih Hp lalu kubalas pesan Kang Sono “Astaqfirullahala'dhiim....terimakasih Kang. kamu da ingetin aq. Smg Allah mengampuni kebodohanku dan membuka hijab hingga mampu melihat bahwa tiada yang laen yang berbuat selain Allah. Tks ya kang.:o).”
Kuusap mataku yang masih tergenang. Kutatap mentari pagi yang tersenyum lembut penuh kasih. Hamparan kasih terbentang disana. Hamparan yang luas. Seluas RahmatNya yang tiada hingga tiada batas.....
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar