Selasa, 04 Desember 2007

Hatiku Sewot


Selepas sholat shubuh, berhamburan jamaah satu persatu meninggalkan masjid. Semalaman aku berdiam di masjid ini bersama yang lainnya. Demi mengikuti rangkaian acara pendekatan diri pada Sang Khaliq, kami tinggalkan kasur empuk milik kami yang merengek – rengek memanggil. Tapi kami hanya tersenyum memandanginya.

Lumayan banyak yang ikut baik dari kalangan wanita ataupun laki-lakinya. Berjubah lebar pakaian yang digunakan sebagian besar wanitanya sebagaimana mestinya muslimah berbusana. Terlihat nuansa islami dengan saling bersalam-salaman dan menempelkan kedua pipi bentuk keakraban diantara kami. Sedangkan yang pria pun tidak kalah dengan baju gamisnya yang membuat sejuk di pandangan mata.

Tampak sebagian yang datang berkelompok membuat lingkaran tersendiri dan membaca Kitab Suci dengan saling menyimak. Kami semalaman tenggelam dalam khusyuknya beribadah demi mencari Ridho dan Cinta dari yang Maha Cinta. Berbagai sholat sunnah kami dirikan secara berjamaah. Hanyut dalam lantunan doa. Merangkai ranting-ranting keyakinan dan kepasrahan tuk kuatkan rasa Cinta pada Sang Kekasih yang Hakiki. Hingga malampun berganti pagi.

“Dik, pulang duluan ya.. Semoga kita bisa bertemu lagi” mbak Etik, wanita yang baru kukenal semalam mengulurkan tangan berpamitan.
“ Silahkan mbak… InsyaAllah… hati-hati dijalan mbak, masih gelap” sahutku sambil menyambut erat uluran tanganya.
“Iya terimakasih…kamu masih tinggal ta?”
“ Hehehe…pinginnya sekalian nunggu dhuha mbak. InsyaAllah…”Jawabku dengan melempar senyum pada mbak Etik yang sudah bangkit berdiri.
“Ya sudah…saya duluan. Assalamu’alaikum….”
“ Wa’alaikumsalam warahmatullahiwabarakhatuu…”

Kulihat yang lain menyusul meninggalkanku yang masih asyik berdiam diri diatas hamparan karpet bergambar masjid berjajar membentuk shaf-shaf. Tampak juga olehku sekelompok muslimah yang sejak datang semalam sedikit menarik perhatianku demi melihat keakraban dan kehangatan diantara mereka. Sepertinya mereka sangat dekat sekali. Mungkin mereka dari satu tempat pengajian atau organisasi tertentu. Mungkin.

Bergulir waktu tanpa terasa sang mentari pagi pun terbangun terusik dengan riuh suara burung yang bernyanyi sambil menari-nari diatas kubah masjid.
Selesai sholat dhuha, kurapikan mukenah dan kumasukan dalam tas tenteng. Segera aku beranjak hendak meninggalkan masjid yang penuh dengan kenangan indah. Kuletakan kembali meja lipat yang semalam kuambil dari tempatnya. Sejenak kurapikan yang sedikit berantakan dalam tumpukan.

Kulangkahkan kakiku menuju pintu masjid. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan pemandangan yang ada saat mataku menebarkan pandangan ke sekeliling ruang masjid tempat jamaah wanita yang baru kami gunakan semalaman. Banyak kutemukan meja lipat tergeletak begitu saja. Kitab Suci pun masih betengger di tempat-tempat yang bukan semestinya. Yaa…masih tertinggal di tempat para jamaah yang menggunakannya semalam. Padahal pihak takmir sudah mengingatkan lebih dari satu kali untuk mengembalikan di tempatnya semula setelah menggunakannya. Tapi yang terjadi… banyak yang masih berserakan. Bahkan kutemukan juga kantong plastik, botol kosong, kertas, atau tissue. MasyaAllah…..

Ya Allah…kok begini sih? Kok mereka tinggalin begitu saja?Mana tanggungjawabnya? Sebegitunya…ya Allah…hatiku bergeming. Kuletakan lagi tasku di tepi pilar. Lalu kucoba merapikan meja lipat dan kitab suci yang berserakan dengan mengembalikannya di rak-rak yang ada. Kupungut juga botol air minum, plastik, tissue,kertas dan sebagainya yang terlihat mengotori.
Kucoba menenangkan hatiku yang terus bergemuruh. Tapi aku tak mampu. Begitu keras celotehnya hingga menggetarkan jiwaku…

Ya Allah…mengapa begini? Bukankah semalaman kami disini mencari ridho dan cintaMu. Kami mengaji membaca kitabMu, kami mendirikan sholat untuk bermi’raj kepadaMu. Kami bertafakur untuk mengoreksi kebodohan dan kesalahan kami. Tapi mengapa masih begini?
Wahai saudariku sesama muslimah, bukankah ini rumah Allah? Lalu mengapa engkau tinggalkan sampah di dalamnya? Bukankah bersih dan rapi itu sifatNya? Lalu mengapa setelah engkau memakai meja lipat dan kitab suci, engkau tinggalkan begitu saja ?Siapa yang kamu harapkan untuk membersihkan dan merapikannya? Apa karena sudah ada tukang bersih-bersih sehingga dengan seenaknya kamu meninggalkannya begitu saja? Apa karena kamu merasa sudah memasukan lembaran rupiah kedalam kotak amal sehingga itu sudah berarti engkaupun telah membayarnya? Mengapa kita menjadi beban bukan malah membantu meringankan?

Wahai saudariku, bukankah kita semalaman mencari ridho dan cintaNya? Lalu mengapa kini kita melakukan yang berlawanan dari sifatNya? Bagaimana kita bisa berbuat baik di luar sana sedang masih di dalam rumahNya kita sudah tidak beretika? Bagaimana kita mengharapkan Allah menganugerahkan yang lebih besar, sedang yang kecil begini luput dari perhatian kita? Apakah menurutmu ini sepeleh sehingga kamu menyepelehkannya? Bukankah Rosul mengatakan bahwa hakekat beragama adalah ahlaqul karimah? Lalu bagaimana dengan ahlaq kita yang masih seperti ini?

Wahai saudariku, Bukankah setiap apa yang kita lakukan akan diminta pertanggungjawabannya kelak dihadapanNya? Sekecil apapun itu. Lalu apa yang akan kita jawab dari kelalaian kita ini? Ya Allah…Tuhan yang maha pengampun, ampuni dosa dan kelalaian kami ya Allah…

Keras sekali suara hati ini berceloteh dalam rintihannya. Kucoba melepaskannya. Berat, namun terus kulepaskan. Kukembalikan semua pada Allah yang menguasai tiap-tiap peristiwa yang terjadi. Tiba-tiba kurasakan hatiku berbisik …

“ Sudahlah fit, kamu jangan sewot begitu. Ini semua kan bisa jadi jalan kamu berbuat baik dengan turut membersihakan rumah Allah. Kalau tidak begini mana mungkin kamu bersih-bersih. Tenangkan hatimu, yang penting kamu hati-hati dengan setiap apa yang kamu lakukan. Jangan sampai hal semacam ini kamu turut melakukannya. Kamu tahu satu hal dari keburukan, maka jaga dirimu dari keburukan itu. Turutlah membersihkan, memperbaiki jangan turut merusak dan mengotori.“

Ups!!…iya-ya…mengapa aku jadi sewot begini. Hehehe… Hmm Ya Allah…semoga Engkau senantiasa membimbing dan menjaga diriku dari kebodohanku.…harap hatiku yang diiringi cerah suasana di pagi hari ini.

*****

Wanita Mabuk

Kususuri jalan raya yang masih sepi di pagi yang cerah itu. Dengan mengendarai motor bututku, kucoba menikmati kesejukan udara yang mengikuti disetiap perjalanan kami. Yuli melingkarkan tangannya di pinggangku dengan erat. Sesekali ocehan kami mengisi ruang-ruang kosong di pagi yang masih belum begitu bising. Maklum, hari ini minggu, jadi sebagian besar penghuni kota ini lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah dengan keluarga dari setelah enam hari sudah mereka ditinggalkan untuk bekerja.

Melihat jarum penunjuk bensin berada di bawah, maka kumasuki SPBU yang berada di sebelah kanan jalan. Yuli turun dari boncenganku dan menunggu di tepi lain areal pengisian bensin. Kali ini tidak begitu ngantri jadi dengan mudah kudekatkan motorku pada petugas pengisi bensin. Di tengah kami mengisi bensin, kami dikejutkan dengan kegaduhan orang-orang di samping kamar kecil yang terletak di pojok. Terlihat seorang wanita digendong oleh seorang pemuda keluar dari kamar kecil tersebut. Badannya limbung begitu pemuda itu mencoba memberdirikannya. Hingga akhirnya si pemuda membopong lagi wanita itu untuk dibawa masuk ke dalam taxi yang pada saat itu baru saja di panggil orang-orang sekitar. Dengan memakai rok mininya, terlihat bagian-bagian tubuh wanita itu saat di bopong sang pemuda. Sungguh pemandangan yang ngiris di hati kami.

Kaget campur penasaran mata kami yang melihat dari kejauhan mengikuti adegan yang tidak terjadi di setiap harinya. Setelah pintu taxi di tutup dan mulai berjalan, si pemuda mengikuti dari belakang dengan mengendarai motor. Namun selang beberapa meter taxi berhenti, dan terlihat wanita itu keluar dan duduk di tepi jalan sambil bertiak memanggil si pemuda. Sepertinya dia takut jika di tinggalkan sendirian oleh si pemuda itu. Kemudian pemuda itu mencoba memberi penjelasan bahwa dia mengikuti dari belakang. Lumayan lama si pemuda itu untuk meyakinkan wanita tersebut yang akhirnya didapatkan si wanita menyetujui untuk naik taxi sedangkan si pemuda mengikuti dari belakang. Dan taxi itupun merambat lagi meninggalkan kami yang seperti terhipnotis dalam hitungan menit yang berlalu.
“ Ada apa ya mas..?” tanyaku pada petugas
“ Biasa mbak, mabuk.!”
“ Astaqfirullahal a'dhiim....” sahutku sambil meninggalkan petugas pengisi bensin yang mulai sibuk dengan orang-orang yang sudah berada di barisan belakangku.
Kuhampiri Yuli yang sudah menunggu sedari tadi. Sepertinya dia juga menikmati pemandangan pagi itu tanpa melewatkan adegan wanita dan si pemuda barusan. Bibirnya nyengir memberi tanda kengirisan hatinya dari tingkah wanita tadi.

Kami melanjutkan perjalanan dengan masih tercekap kebisuan dalam alam pikiran masing-masing mengenang peristiwa yang baru saja kami saksikan. Wanita cantik yang mabuk hingga membuat semua mata tertuju padanya. Tiba-tiba rasa sedih menyapaku tanpa permisi terlebih dahulu.
“ Kasihan ya Yul, wanita itu..” kulempar juga akhirnya kata-kata itu
“ Orang mabuk kok dikasihani, ya biarin. Malu-maluin”
“ Jangan gitu Yul, dia itu perlu kita kasihani. Dia seperti itu sebenarnya kan juga bukan kemauannya.”
“ Lho..! lantas kemauan siapa? Lha wong dia yang mabuk kok. Ya jelas dia yang salah”

“ Iya...dia salah kalau kita lihat dari sisi kesalahannya. Tapi tidak bisa ku pungkiri hati kecilku yang ingin memberi rasa kasihan padanya. Sekarang coba kamu pahami.... mana ada orang yang pingin jadi orang yang gak bener. Emang ada? Enggak ada Yul. Di dunia ini sebenarnya semua manusia itu pinginnya jadi orang baik,.. Kalau gak percaya, coba kamu tanyakan sama perampok sana...apa dia dulu cita-citanya jadi perampok? Pasti jawabnya tidak.” suaraku mulai lebih keras untuk mengimbangi deru kendaraan yang mulai ramai mengisi jalanan.

“ Tapi tiap manusia itu kan bisa menentukan pilihannya dalam hidup ini. Apa dia mau jadi baik atau jelek. Lha kalau pilihannya jelek kan jadinya juga jelek. Kalau pilihannya baik jadinya juga pasti baik.”

“ Iyaa...kamu benar. Tapi jika kita memandang orang dengan cara pandangmu seperti itu, yang ada nanti kita akan selalu menyalahkan orang. Apa kita lupa bahwa kita ini hanya seorang hamba Allah yang notabenenya jelas Lahaulawalahuata ilabillah . Coba kita ganti sudut pandang kita dari sisi seorang hamba. Simpati atas dasar sesama hamba. Kan sama kita dengan wanita tadi. Sama-sama mahluk Allah dalam wujud manusia. Cuma bedanya, kita mendapat pertolongan dari Allah hingga kita bisa menang melawan nafsu kita sehingga tidak terjerat oleh kemaksiatan. Sedangkan wanita itu kalah dengan nafsunya. Dia tidak mendapatkan pertolongan dari Allah. Kan kasihan... karena itu kita ini mesti banyak bersyukur tidak sampai begitu. Alhamdulillah Yul....dan jangan juga sombong. Karena amal baik kita juga atas anugerah Allah. Bukan kemampuan kita. ”

“ Lha mengapa dia tidak minta tolong sama Allah biar selamat. Kan salahnya juga kenapa tidak berusaha.”
“ Lho... kamu juga kan belum tau latar belakang dari wanita itu. Dan Allah membuat keadaan demikian juga pasti ada manfaatnya. Sekarang coba bayangkan, kalau semua orang ini baik semua. Tentu istilah baik sudah ilang. Karena enggak ada pasangannya. Ada keburukan pasti ada kebaikan. Seperti wanita itu tadi sebenarnya kan jadi tugas kita untuk mengingatkannya. Tinggal nanti ada hidayah atau tidak ya....apa kata Allah. Itu sudah di luar urusan kita. Tugas kita hanya menyampaikan dan menunjukan kebenaran.”

Kuhentikan ocehanku diiringi berhentinya motor kami melihat lampu merah di perempatan jalan pusat kota yang mulai ramai dengan asap knalpot baik dari roda dua maupun roda empat. Di sisi kanan jalan terlihat anak penjaja koran menawarkan dagangannya sedang menghampiri para pengendara yang berhenti. Dalam hitungan detik lampu merah sudah berganti dengan warna kuning dan diikuti warna hijau. Kamipun melanjutkan perjalanan. Membela hiruk pikuknya orang-orang yang sudah lalu lalang.

“ Lha wong kenal aja tidak kok jadi tugas kita sih fit... kamu itu bagaimana. ya....tugas bapak ibunya donk....” Yuli menyambung bahasan kami.
“ Maksudku itu bukan wanita itu pastinya. Tapi saat orang-orang sekitar kita jika ada yang kita tau tidak benar, itulah tugas kita untuk mengingatkan. Wanita itu ya...biar diurus lingkungannya sendiri.”
“ Ee...belok kiri non...” Yuli mengingatkanku

Cepat-cepat kubanting setir arah kiri dengan mendadak. Untung di belakang kami tidak begitu ramai pengendara lainnya. Coba kalau ada pasti kami sudah tertabrak.
“ Hehehe....iyaa...jadi lupa jalan nih. Sudah, kamu gimana? Masih menyalahkan wanita itu? Masa enggak kasihan blas. Kasihan...dia tidak bisa memenangkan pertempuran dalam batinnya hingga yang menang setan yang selalu menyesatkan.” sambungku.

“ Ya....kalau dipikir seperti yang kamu sampaikan itu sih.. emang..jadi kasihan juga. Ngeri kalau sampai nafsu kita yang lebih berkuasa. Pasti raja setan merasa merdeka dan tepuk tangan seneng banget.”
“ Makanya jika melihat orang yang berbuat keburukan, jangan membencinya. Malah kita rangkul penuh kelembutan dan kasih sayang. Islam kan Rahmatan lil a'lamiin. Kita bantu mereka menemukan kebenaran. Baik dengan nasehat, atau apa saja yang bisa kita upayakan. Setidaknya dengan doa yang bisa kita berikan. Doa kan gratis.”
“ iya...iya bu nyai... tapi sambil lihat jalannya ya....nanti salah arah lagi. Kebanyakan mikir wanita tadi sih...” sela Yuli mengingatkan karena kami sudah dekat dengan tujuan.
“ Hehehe....” sahutku sekenanya.

Tiba-tiba adegan wanita mabuk di POM bensin itu membayang lagi di benakku. Mulai dia dipapah masuk ke kamar kecil hingga di gendong masuk taxi dan keluar lagi duduk di tepi jalan, dan akhirnya masuk ke dalam taxi dan berlalu begitu saja. Masih lekat wajah cantik dengan kepucatan wajahnya saat menahan pusing dan mual yang mungkin mengaduk-aduk perutnya. Sebenarnya peristiwa itu terjadi hanya sebentar saja di hadapan kami. Jika di kisarkan tidak lebih dari 15 menit. Tapi dalam waktu yang singkat itu mampu menggetarkan hati kami yang menyaksikan. Rasa kasihan datang lagi menyapaku. Sedih tiba-tiba juga sudah menjadi teman dalam hati. Hingga yang ada akhirnya untaian do'a yang kucoba panjatkan

Ya Allah....Tuhan yang penuh kasih
Kasihanilah wanita mabuk tadi ya Allah...
Dengan luasnya ampunanMu, ampunilah dosa-dosanya

Sungguh ya Allah.... dia tidak akan mampu melawan dirinya sendiri
Dia tidak akan sanggup melawan setan yang selalu berbisik dihatinya
Tanpa Engkau memberi pertolongan baginya.

Selamatkan dia ya Allah.....jaga dia ya Allah....
Dia juga hambaMu yang tidak berdaya sebagaimana diriku...
Hanya Engkau yang berkuasa membuka dan menutup hati tiap-tiap anak manusia.

Bukalah hatinya untuk bisa melihat kebenaran
Dan beri kekuatan dia untuk berjalan dalam kebenaranMu ya Allah
Dan bukalah hatinya untuk bisa melihat keburukan serta beri kekuatan dia untuk meninggalkannya.

Turunkan hidayah untuknya ya Rabb....
Ya Allah.....kami semua lemah tanpa pertolonganMu...kami lemah ya Allah...
Lahaulawalahuata ilabillah......


Tak tahan diriku dengan gemuruh di hati. Panas lalu basah sudah kedua bola mataku. Sedih mencoba menguasai hatiku, namun dengan sekuat tenaga kutahan untuk tidak berkelanjutan. Kutenangkan kembali hatiku dengan menyerahkan semuanya pada yang Maha berkuasa nan bijaksana. Allah pasti memberi yang terbaik bagi kami hamba-hambanya bisiku dalam hati dengan menyunggingkan senyuman. Kutarik nafas panjang untuk melepaskan pelukan rasa sedih. Lapang yang ada.

Di depan sebuah masjid yang berpagar warna hijau itu kami berhenti. Yuli turun dari boncenganku dan merapikan krudungnya. Ku parkir motorku di area parkir yang sudah disediakan. Lalu kami berjalan beriringan memasuki serambi masjid yang masih sepi. Hanya beberapa orang yang terlihat sudah datang. Mungkin sebentar lagi yang lain akan datang. Lalu kami menggabungkan diri sambil menunggu pengajian yang sebentar lagi dimulai. Masih ada waktu 15 menit untuk istirahat. Akh....alhamdulillah, kami tidak terlambat.

****